Tulisan ini yang dikirim saat mengikuti lomba tulisan 40 TAHUN PERPUSTAKAAN NASIONAL INDONESIA.
E Sertifikat.
Sebagai peserta selalu bangga dengan pencapaian 40 TAHUN PERPUSTAKAAN NASIONAL INDONESIA.
40 TAHUN PERPUSTAKAAN NASIONAL INDONESIA
Oleh : Helen Fetriani
40
tahun perpustakaan nasional, perpustakaan sebagai simbol peradaban dan pusat
budaya. Hal ini terdapat dalam Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
I.
UMUM. Keberadaan perpustakaan tidak
dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu
bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki. Hal itu karena ketika manusia purba mulai
menggores dinding gua tempat mereka tinggal, sebenarnya mereka mulai merekam
pengetahuan mereka untuk diingat dan disampaikan kepada pihak lain. Merka menggunakan tanda atau gambar untuk
mengekspresikan pikiran dan/atau apa yang dirasakan serta menggunakan
tanda-tanda dan gambar tersebut untuk mengomunikasikannya kepada orang
lain. Waktu itulah eksistensi dan fungsi
perpustakaan mulai disemai. Penemuan
mesin cetak, pengembangan teknik rekam, dan pengembangan teknologi digital yang
berbasis teknologi informasi dan komunikasi mempercepat tumbuh-kembangnya
perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan
menjadi semakin kompleks. Dari sini awal
mulai berkembang ilmu dan teknik mengelola perpustakaan.
Perpustakaan
sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman, dan
pengetahuan umat manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat
manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam
lainnya, serta menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan
umat manusia itu kepada generasi-generasi selanjutnya. Sasaran dari pelaksanaan fungsi ini adalah
terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang
hayat.
Di
sisi lain, perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan Nasional
sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pepustakaan
merupakan pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan
kebudayaan. Selain itu, perpustakaan
sebagai bagian dari masyarakat dunia ikut serta membangun masyarakat informasi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dituangkan dalam
Deklarasi World Summit of Information
Society- WSIS, 12 Desember 2003.
Deklarasi
WSIS bertujuan membangun masyarakat informasi yang inklusif, berpusat pada
manusia dan berorientasi secara khusus pada pembangunan. Setiap orang dapat mencipta, mengakses,
menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga memungkinkan setiap
individu, komunitas, dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi mereka
untuk pembangunan berkelanjutan yang
bertujuan pada peningkatan mutu hidup.
Indonesia telah merdeka lebih dari 60 (enam puluh) tahun, tetapi perpustakaan
ternyata belum menjadi bagian hidup keseharian masyarakat. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa
perlu dikembangkan suatu sistem nasional perpustakaan. Sistem itu merupakan wujud kerja sama dan
perpaduan dari berbagau jenis perpustakaan di Indonesia demi memampukan institusi
peprustakaan menjalankan fungsi utamanya menjadi wahan pembelajaran masyarakat
dan demi mempercepat tercapainya tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melihat
isi dari penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pepustakaan, jelas sekali Perpustakaan
Nasional sangat penting keberadaannya.
Usia 40 tahun adalah usia yang matang dalam suatu proses eksistensi
Perpustakaan Nasional. Dalam sisi umur
manusia, umur 40 tahun adalah titik penentuan seseorang menjadi manusia yang
lebih baik. Hal yang sama dengan
Perpustakaan Nasional, saat ini mencapai titik perkembangan yang lebih baik,
dan akan terus menjadi lebih baik sesuai perkembangan industri digital.
Saat
ini web https://www.perpusnas.go.id, fb, twitter, youtube,
IG Perpustakaan Nasional bisa diakses oleh seluruh masyarakat umum. Dalam web ada Menu Rekomendasi yang
melingkupi koleksi umum (Balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia),
Pustakawan, Mahasiswa, Dosen dan Peneliti.
Menu Koleksi Digital yang meliputi Koleksi, Kamus dan Majalah
Online. Menu Layanan meliputi Direktori,
Umum, Penerbit dan Perpustakaan Lain dan Katalog. Menu Profil.
Menu Organisasi. Menu
Indonesia. Menu Aktivitas. Semua Menu web ini sangat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat. Pertanyaannya?
Apakah masyarakat sudah mengakses, membaca dan memahami isi semuanya? sehingga perpustakaan
sebagai simbol peradaban dan pusat budaya dapat tercapai secara optimal.
Perpustakaan
yang sudah bagus ini, sudah ditingkatkan secara maksimal melalui digital. Masyarakat harus lebih meningkatkan lagi daya
literasi nya dengan salah satunya mengakses web atau media online Perpustakaan
Nasional lainnya. Dalam repositori.kemeikbud.go.id>...PDF
Puslitjakdikbud Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi disimpulkan pada
poin satu yaitu Indeks Alibaca nasionla masuk dalam kategori aktivitas literasi rendah, sedangkan
pada indeks provinsi sebanyak 9 provinsi masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi masuk dalam kategori rendah, dan 1 provinsi masuk dalam
kategori sangat rendah. Artinya, baik secara nasional maupun
provinsi tidak ada yang masuk kategori tinggi.
Melihat
dari tulisan di atas, maka aktivitas literasi sebenarnya bisa
ditingkatkan. Menurut saya, melalui
budaya baca yang harus terus kita tingkatkan, baik individu di lingkungan
sekolah, rumah, masyarakat umum. Dalam
lingkungan sekolah seharusnya setiap sekolah wajib memiliki perpustakaan dan
internet sebagai akses web dan media sosial Perpustakaan Nasional. Ada ketentuan jam literasi dalam setiap
sekolah. Dengan panduan guru Setiap
murid dipastikan mengakses media online Perpustakaan Nasional dengan meninput
indikator literasi personal setiap siswa.
Hal ini pun bisa diberlakukan dengan individu di rumah atau masyarakat
umum. Intinya, setiap masyarakat
memiliki indikator literasi tinggi.
Dengan setiap indikator individu tinggi maka indikator literasi provinsi
ataupun nasional akan tinggi. Dan peringkat
dunia pun Indonesia akan peringkat tinggi.
Selama Pandemi Covid-19, diberlakukan bekerja dari rumah/work from home (WFH), belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Perpustakaan Nasional semakin memberikan
pelayanan kepada seluruh masyarakat nusantara.
Dan hal itu bisa di akses melalui teknologi digital.
Kendala
yang ada selama pandemi, kesulitan jaringan bagi daerah nusantara di daerah
tertentu. Maka pemerintah melalui
kementrian terkait memberikan fasilitas yang merata bagi seluruh daerah agar
akses media online Perpustakaan Nasional dapat dinikmati semua masyarakat
nusantara. Tidak lah sulit untuk
menaikkan indeks literasi jika indikator-indikator untuk meningkatnya dirancang
secara sitem online. Dalam pembelajaran
sekolah ada kurikulum yang akan di capai, literasi pun harusnya juga memiliki
target khusus di Perpustakaan Nasional. Dapat
ditambahkan dalam web Perpustakaan Nasional Indeks Literasi per orang, per
provinsi dan nasional.
Selama
belajar di rumah, saya menemani anak
saya yang SD ketika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem
Makarim memberikan informasi pemeblajaran melalui TVRI, seluruh mengikuti
program pembelajaran tersebut. Pun hal
yang sama, bisa dilakukan untuk peningkatan indeks literasi bangsa Indonesia
dengan memberikan panduan agar indeks masuk ke kategori tinggi.
Dan
bapak menteri adalah orang yang ahli dalam dunia pendidikan dan digital.
Saya
sebagai individu masyarakat juga mengajak kepada semuanya agar meningkatkan
budaya baca. Menjadi anggota Pepustakaan
Nasional. Banyak sekali informasi
bermanfaat yang dapat kita akses. Ada
perpustakaan online. Kita bisa meminjam
buku secara online. Dalam pepatah
ikatlah ilmu dalam tulisan. Semakin
banyak berinteraksi dengan Perpustakaan Nasional, maka budaya baca kita akan
lebih meningkat. Dalam interaksi ini pun
ada dua arah. Akan ada survei kepuasan,
masukan, kritikan yang membangun, inovasi baru dari Perpustakaan Nasional yang
akan terus berlangsung dan berproses menuju lebih baik lagi dan mengikuti
perkembangan dunia.
Interaksi
yang saling harmonis dan saling menguatkan.
Masyarakat sadar akan literasi.
Masyarakat haus akan baca, haus untuk mengikuti kegiatan literasi,
sehingga tercipta pemikiran yang cerdas dari masyarakat untuk Indonesia. Saya pecinta literasi dengan memiliki buku
yang banyak dirumah dan membuat pojok baca, mengikuti beberapa buku antologi,
anak-anak dikenalkan dengan memiliki koleksi buku sendiri, mengadakan jam baca
bersama, mengenalkan dunia tulis melalui buku antologi, mengajak menceritakan
ulang yang dibaca atau diskusi tentang buku.
Agenda berkunjung ke Perpustakaan nasional yang keren pun tak pernah
tertinggal.
Dimulai dari diri sendiri dan mengajak orang lain bergerak bersama-sama untuk mewujudkan peningkatan indeks literasi tinggi di Indonesia akan mebuat lebih mudah terwujud. Saya bangga dengan Perpustakaan Nasional dan menikmati kebersamaan 40 tahun Perpustakaan Nasional, perpustakaan sebagai simbol peradaban dan pusat budaya Indonesia.